Jenis naskah*: Lain-lain
Nama Asli*: elisa eka pradita
Nama Samaran: ll
Email*:
elisa_ekapradita@yahoo.com
Nomor Kontak Hp/ Telp.*: 085647185608
Silakan tulis naskah Anda di sini*: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Anomali
Di tengah kondisi dunia yang sedang krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia
mencatat hasil positif. Pertumbuhan ekonomi triwulan kedua tahun ini
mencapai 6,4 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Konsentrasi
pertumbuhan tetap terpusat di Pulau Jawa dengan angka 57,5 persen.
Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Indonesia semester I-2012 lebih baik
dibandingkan dengan semester I-2011 yang tumbuh sebesar 6,3 persen.
Namun menurut pengamat ekonomi Indonesia for Global Justice, Salamuddin
Daeng, pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong anomali. Alasannya karena
pertumbuhan ekonomi tidak diikuti peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Ada empat faktor, kata Daeng, yang membuat pertumbuhan ekonomi anomali.
Pertama, ekonomi Indonesia digerakkan oleh utang luar negeri yang angkanya
terus naik. "Utang Indonesia terakumulasi mencapai Rp 2.870 triliun. Utang
luar negeri bertambah setiap tahun. Utang selanjutnya menjadi sumber
pendapatan utama pemerintah dan menjadi faktor pendorong pertumbuhan
ekonomi," paparnya.
Kedua, pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat
yang bersumber dari naiknya harga sandang dan pangan, serta ditopang dari
pertumbuhan kredit khususnya kredit konsumsi.
Faktor ketiga, pertumbuhan ekonomi didorong ekspor bahan mentah, seperti
bahan tambang, migas, hasil perkebunan dan hutan, sehingga tidak banyak
menciptakan nilai tambah dan lapangan pekerjaan. Terakhir, pertumbuhan
ekonomi didorong oleh investasi luar negeri yang membuat sumber daya alam
kian dikuasai asing.
Pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, A Tony Prasetiantono
menyatakan, sektor domestik mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
"Transmisi krisis global melalui penurunan ekspor dan defisit neraca
perdagangan baru akan terasa pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Lagi
pula, kontribusi ekspor terhadap PDB tidak besar," kata Tony.
Hal senada disampaikan ekonom Mirza Adityaswara. Sejumlah sektor ekonomi
dalam negeri tumbuh karena didorong oleh suku bunga rendah yang tampak dari
tumbuhnya kredit 26-28 persen (tahunan) sekaligus didorong oleh harga bahan
bakar minyak (BBM) yang rendah karena masih disubsidi.
"Maka dari itu, pertumbuhan tinggi dialami sektor yang berorientasi dalam
negeri, seperti perdagangan, manufaktur, otomotif, transportasi, komunikasi,
dan konstruksi," kata Mirza. Dia menambahkan, akibat pertumbuhan tinggi
sektor yang berorientasi dalam negeri, kecenderungan defisit neraca
perdagangan akan semakin besar.
Menurut Tony, belanja pemerintah yang lebih cepat dan besar juga cukup
membantu pertumbuhan. Seiring hal itu, inflasi yang terkendali di bawah 5
persen cukup membantu, meski hal tersebut ada efeknya, yaitu subsidi energi
terus membengkak yang sebenarnya cenderung tidak sehat.
Visitor IP: 202.152.144.2
Follow @emfteam on Twitter:
https://twitter.com/intent/follow?original_referer=https%3A%2F%2Fabout.twitter.com%2Fresources%2Fbuttons®ion=follow_link&screen_name=emfteam&tw_p=followbutton&variant=2.0
| Facebook:
https://www.facebook.com/emailmeform
Powered by EmailMeForm
http://www.emailmeform.com/